Karya seni sastra dapat diungkapan dengan berbagai macam cara. Berikut ini adalah beberapa cara mengungkapan karya seni sastra & contoh-contohnya:
1. Pantun.
Jalan-jalan ke Kota Tangerang
Pergi kesana membeli kelapa
Berbuat baik membantu orang
Tentu akan mendapat pahala
Menghitung ayam sampai sepuluh
Lalu pergi menuju Kamerun
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Agar engkau tak ketinggalan
Jalan-jalan melihat pohon manggis
Daunnya kering dimakan kutu
Adik ketawa sampai menangis
Melihat kambing memakai sepatu
Pergi ke toko membeli lilin
Yang menjaga bernama Angga
Inilah contoh beberapa pantun
Yang uniqueart sajikan untuk anda
2. Puisi.
Keindahan Alam
Ketika mata ini terbuka
Engkau menyambut dengan lambaian
Ketika kaki ini berlanjak
Engkau datang memberi jalan
Ketika raga ini tersesat
Engkau hadir memberi jalan
Wahai alam,
Dengan dirimulah aku hidup
Lewat dirimu lah aku hidup,
Dan lewat dirimulah aku kembali
Mataharimu tak terhentinya menerangi langkah kakiku,
Keindahanmu tak pernah bosan menghiasi hari hariku
Alam..
Tak pernah ku bosan memandangimu
Semakin kupandang,
Semakin terlihat mempesona
Ku kan berjanji,
Menjagamu sampai akhir hayatku
Merawatmu dengan penuh kasih sayang
Terima kasih alamku
3. Drama
Pada posting yang selanjutkan kita akan membahas tentang drama dan contoh dari naskah drama.
4. CerPen
AWAL HANCURNYA HARAPANKU
Tidak seperti biasanya,suasana pagi waktu itu benar-benar
berbeda. Matahari seperti enggan untuk memancarkan cahayanya. Beberapa
kali kulirik jam tangan biru laut yang melingkar di pergelangan tanganku untuk
sekedar memastikan bahwa hari ini tidak sepagi yang kukira. Ternyata benar,
jam ditanganku sudah menunjukan pukul 7 tepat.
Bus sekolah yang ku tumpangi terus melaju, menembus ratusan butir embun
yang berguguran secara bergilir. Sesekali aku mencuri waktu untuk
menghela nafas,mencoba mengusir rasa gelisah yang sedari tadi bersarang
di benakku. Ah, waktu terasa berjalan sangat lambat, desahku dalam hati.
Selang beberapa menit kemudian bus sekolah yang kutumpangi sudah berhenti
tepat di depan gerbang sekolahku. Satu persatu penumpang yang berseragam
sama seperti ku mulai beranjak turun dari bus sekolah,hanya aku saja yang
terlihat santai duduk di tempat. Sengaja ku bersabar dan memilih turun
paling akhir untuk menghindar dari adegan berdesak desakkan.Puluhan
detik telah terlewati,semua orang telah turun kecuali aku dan dua orang
lain yang sepertinya adik kelasku.Aku menatap heran kearah mereka.
“Silahkan
turun duluan kak!” ucap salah satu dari mereka.Sekilas kulihat mereka
berdua tersenyum hangat kearahku.Aku pun membalas senyuman mereka dan
segera beranjak turun dari bus sekolah.Tidak lupa pula ku ucapkan terimakasih
kepada mereka. Adik kelas yang baik,fikirku.
Kemudian aku melangkah
perlahan menuju kelas yang jaraknya lumayan jauh dari gerbang
sekolah. Entah kenapa hari itu aku benar- benar kehilangan
semangat. Setelah sekian lama berjalan tanpa ekpresi akhirnya aku sampai
di depan kelas ku (IX A),tapi belum sempat aku masuk ke dalam kelas ternyata ada
seseorang berteriak memanggil nama ku.
Seketika itu juga aku langsung menoleh kearah suara itu berasal.
Tampak sahabatku Chery berjalan menghampiriku.
“Ada apa?” tanyaku.
Belum
sempat aku mendapatkan jawaban, dengan sigap Chery menarik tanganku dan
menyeretku mengikutinya hingga kami berhenti di depan kelasnya ( IX B).
“Ada apa sih Cher? Kok tumben pake narik-narik segala?” tanyaku beruntun.
Chery hanya diam dan berlalu masuk mendahului ku ke dalam ruang
kelasnya. Karena merasa penasaran akan sikap Chery yang begitu aneh akhirnya aku pun ikut masuk ke
dalam ruangan kelasnya dan mengekor di belakang Chery.
Didalam ruangan, ke-empat sahabatku yang lain ternyata sudah berkumpul di sana. Jujur
saja,dari awal kaki ku melangkah masuk, seketika perasaan ku mulai
berubah. Entah kenapa aku merasa akan terjadi sesuatu yang pastinya tidak
aku inginkan.
Dengan ragu, aku melangkah mendekati kelima sahabatku yang duduk di barisan bangku paling belakang.
“Hai Jane, tumben telat?” sapa Felly. Dari nada suara Felly saja aku sudah dapat memastikan kalau memang ada sesuatu yang akan terjadi.
“Telat bangun,hehe. Ngapain kalian pagi-pagi sudah ngumpul disini?” tanyaku mencoba mencari tahu.
“Jane, udah buka facebook pagi ini?” tanya Anggie dan Salsa hampir bersamaan.
Aku hanya menggeleng pelan. Kebingunganku mulai mecuat kepermukaan.
“Buka sekarang!!” perintah Rissa sambil menyerahkan handphone nya kepadaku.
“Aku bawa Hp kho.” tolakku pelan.
Tanpa
menunggu lama, aku segera membuka akun facebook ku. Entah karena apa,saat
itu tanganku berubah menjadi lemas dan Hp ku pun tanpa sadar terlepas
dari tanganku. Duupppp,hatiku mulai merasa terusik.
Cherry yang
melihat ponsel ku jatuh, segera mengambilnya. Aku hanya diam sambil
memperhatikan Cherry mengotak atik ponselku dengan didampingi Rissa dan Salsa.
“Yap,sudah kuduga. Bukan cuma kita, tapi Jane juga..”ucap Cherry setelah sekian menit sempat terdiam.
Semua mata memandang kearahku, bukan tatapan dingin yang kudapat, melainkan tatapan kekecewaan mereka.
Aku mengernyitkan dahi.
“Ada apa?” tanyaku dan segera mengambil kembali ponselku dari tangan Cherry.
“Kita hancur Jane.” kata Anggie
Yahh, akhirnya
aku mengerti maksud dari semua ini. Ku amati layar hp ku dengan seksama
seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat itu.
“Kita
sudah tidak berteman dengannya di facebook. Kemungkinan kita semua di
blokir, karena satupun dari kita tidak ada yang bisa melihat
profilnya. Sepertinya dia benar-benar marah ”jelas Rissa.
“Tapi apa salah kita? Gak bisa dong dia seenaknya memutuskan tali persahabatan secara sepihak begini” Cherry mulai menampakan emosinya.
Aku
hanya diam dalam tundukanku. Hati kecilku merintih, berharap ini hanya mimpi buruk yang kualami dalam tidurku. Anggie dan Felly mendekat kearahku, sekilas kulihat
mereka berusaha menahan tangis sedang yang lain hanya larut dalam
tundukan penyesalan masing-masing. Aku pun mencoba menenangkan Anggie dan Felly.
“Kita kehilangan satu sahabat lagi” kata Felly di sela isaknya. Ya, dia sedang menangis.
“Kenapa terjadi lagi, padahal persahabatan kita baru terjalin beberapa bulan?” Anggie turut larut dalam tangisnya.
“Sudah,jangan
kaya gini lagi! Kita harus bisa tunjukkan ke dia kalau kita masih bisa
menjalin persahabatan tanpa dia” kata ku mencoba menenangkan mereka. Akupun berusaha tetap tenang meski sebenarnya akupun ingin sekali menangis.
“Iya Jane benar. Kita ini tidak lemah,memangnya siapa dia?Ini hidup kita,yang
boleh menentukan ya kita juga,bukan dia.” kata Cherry dalam emosinya.
“Sudah-sudah, tidak
perlu emosi. Kita hanya perlu bersikap seolah-olah tidak terjadi
apa-apa. Dan anggap saja dia tidak kita kenal.” kata ku lagi, mencoba
meredakan emosi teman-temanku. Satu persatu sahabatku mengiyakan
kata-kataku. Dan detik itu pula, kami semua sepakat akan memulai kembali
semuanya dan bersikap seolah-olah tidak ada kata perpisahan dalam
sejarah kenangan kami.
Bel tanda jam pelajaran akan dimulai sudah
dibunyikan. Aku pun segera melangkah kembali ke kelas ku. Baru satu langkah
kakiku masuk ke dalam kelas, aku melihat tas nya sudah tidak ada di
samping mejaku. Baguslah kalau dia pindah duduk, bisik hatiku.
Gelak
tawa teman-temanku yang duduk di barisan belakang membuatku membalikkan
badan,menoleh kearah mereka. Kudapati dirinya sedang berbaur dengan
teman-teman yang lain. Kutatap tajam wajahnya dan sepertinhya tidak ada rasa
bersalah sedikitpun di wajahnya.
“Berarti jadikan hari ini kita kerumah kamu mir?”
“Iyaa dong.rumah ku selalu terbuka untuk kalian.”
Percakapan
demi percakapan terlontar dari mulut mereka. Tidak jarang kata-kata
mereka disengajakan untuk menyindir ku. Ya, aku tau Sally (seseorang yang
dulunya menjadi sahabatku) kalau kami bukan orang kaya seperti kamu, tapi
jangan fikir kamu bisa menindasku dan sahabatku dengan seenaknya, maki ku
dalam hati.
Berminggu-mingggu aku merasakan berubahnya sikap
dari teman-teman sekelasku. Baru sekarang aku menyadari, kalau status
sosial ternyata bisa mengubah segalanya. Semua orang berpihak padanya dan
menganggap kami lah yang salah.
Kami (aku,Cherry,Felly,Rissa,Anggie,Salsa,Vina
dan Sally) baru beberapa bulan sepakat untuk membangun persahabatan. Tapi
ternyata tidak cukup hanya dengan kebersamaan agar persahabatn itu masih
bisa terjaga. Ketidakbisaan kami dalam mengendalikan sifat keegoisme, ternyata mempu
menghancurkan ikatan kami.
Tapi aku sadar, tidak ada gunanya menyesali
apa yang telah terjadi. Hidup masih berjalan dan tidak akan berhenti
hanya karena masalah seperti ini. Meski membutuhkan waktu yang tidak
sedikit, aku yakin aku dan sahabatku yang lain pasti bisa bangkit
lagi. Mencoba melupakan yang lalu dan memaafkan segala kesalahannya yang
telah membuat kami semua kecewa. Meskipun terkadang aku kembali teringat
kenangan yang menyakitkan itu, aku hanya menganggapnya sebagai klimaks
dalam cerita ku.
Aku dan yang lain mulai mencoba melepas semuanya, dan memulai yang
baru. Semuanya serba baru. Dan yang terpenting kami akan selalu mencoba
untuk menerapkan rasa saling mengerti satu sama lain agar persahabatan
kami tidak lagi mengalami perpecahan. Dan inilah kami yang baru.
Semoga blog ini dapat menjadi inspirasi & dapat membantu para pembaca yang masih kurang mengenal karya seni dalam bidang sastra. Terima kasih dan mohon comment'nya.